Selasa, 03 Mei 2011

Lomba Hidup

Hidup tanpa lomba serasa hampa...

Ketika berusia di atas tujuh tahun, lomba-lomba di bulan Agustus adalah kegiatan yang paling dinantikan. Selain iming-iming hadiah yang jumlahnya tak seberapa, kegiatan ini biasanya cukup beragam..lomba makan kerupuk, lomba balap karung, lomba memasukkan paku, lomba baca puisi kepahlawanan, lomba jalan sendok, lomba tari, lomba olahraga dan banyak lagi (semuanya tergantung situasi dan kondisi masing-masing tempat). Bisa dipastikan, semuanya sangat diminati anak-anak seusiaku. Adalah suatu kebanggaan bila ikut beraksi di momen itu meski tak mendapatkan juara. Siapa yang tak berani ikut dianggap pengecut dan tak punya nyali :P..

Seiring berjalannya waktu, lomba mulai jarang diadakan. Jumlah variannya pun semakin menurun. Meski begitu, yang ikut tetap saja anak-anak yang tak pernah berpikir akan ketakutan rasa kalah. Hebat ya mereka,..
Aku, yang semakin bertambah umur..mulai enggan untuk mendaftarkan diri. Rasanya anggapan lomba adalah khusus untuk generasi timur lebih tepat. Jadi, aku pun hanya penyimak. Hanya bisa teriak dan bertepuk tangan dari kejauhan untuk menyemangati perjuangan mereka, para finalis lomba.

Di kondisi yang berbeda, ketika kita beranjak dewasa, ..lomba bukanlah seuatu yang harus dihidupkan kala Agustus tiba. Lomba adalah manifestasi dari sebuah persaingan diri melawan berbagai arus perasaan dan pemikiran. Tidak hanya terhadap orang lain tetapi juga dengan diri sendiri..
Banyak hal yang kadangkala harus dipertimbangkan dan dipertaruhkan sebelum memutuskan untuk menguasai suatu hal. Sikap dominan harus sedikit di rem demi kelancaran hidup bersama. Pertimbangan yang condong kepada kepentingan umum daripada egois diri adalah salah satu tujuan lomba itu. 

Ya, lomba yang terkini adalah memenangkan kepentingan bersama demi kesejahteraan bersama pula. Yuk, kita berlomba...bukan menjadi pemenang tunggal tetapi bersama-sama menuju kemenangan itu.