Kamis, 05 Mei 2011

duri dalam daging

Di siang yang cukup panas, saya asyik menikmati menu lele goreng dan tumis kacang sebagai teman sepiring nasi. Tidak ada sambal ataupun es teh manis, karena saya menyantapnya di rumah sendiri bukan di sebuah warung makan ala anak kampus. Keasyikan saya terhenti ketika sebuah ketukan mengganggu konsentrasi saya untuk memisahkan duri dari sepotong daging lele. Saya terburu-buru menyelesaikan suapan terakhir untuk segera menyambut tamu saya yang telah lama berdiri di depan pintu. sambil mencuci tangan, saya masih sibuk mengunyah daging lele tersebut dan tanpa sadar, masih ada sisa duri di dalamnya. Sesaat kemudian saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal lubang kerongkongan saya, tepatnya di bagian pintu masuknya. Apakah gerangan itu?? Apakah ada makanan yang enggan meluncur menuju ke perut saya sehingga ia asyik bertengger di pintu kerongkongan??entahlah, yang jelas saya sudah baca doa sebelum menghabiskan porsi makan saya :P Saya pun sudah meminum banyak air agar duri itu bisa segera terbawa arus dan menghilang, lalu saya coba juga teknik lama dengan menelan segenggam nasi panas bulat-bulat, tanpa dikunyah..ternyata, belum efektif! saya menyerah. 

Saya nikmati rasa tidak nyaman itu selama beberapa hari. Rasa terganjal sepotong benda kecil dalam tubuh yang besar memang tidak enak. Makanan jenis apapun akan terasa aneh karena ada sesuatu yang mengganjal sebelum ditelan. Lalu saya biarkan saja semuanya terjadi. Nyaman atau tidak nyaman, saya telan semua karena perut juga semakin lapar jika tidak diisi. Tanpa ba-bi-bu saya bersikap enjoy. Toh saya tak akan mati hanya karena duri ini. Semoga!

Tiga hari berlalu. Ketika asyik dengan sarapan di pagi itu, saya baru menyadari bahwa duri yang mengganggu sudah tak ada lagi. Subhanallah! Saya hampir melupakannya. Bagaimana bisa saya lupa dengan kenangan rasa sakit dan tidak nyaman itu? Pikiran..ya semuanya berasal dari pikiran saya yang tak ingin ambil pusing dengan itu semua.

Lalu saya teringat akan keadaan saya yang sebenarnya. Duri itu hanyalah sedikit dari sekian ribu rintangan dan masalah hidup. Tak punya uang untuk biaya sekolah anak, biaya makan keluarga, bayar sewa rumah, kredit motor, hutang bank atau cicilan pinjaman ke pegadaian adalah sekelumit daftar tunggu yang harus diselesaikan setiap bulannya. Pusing jika memikirkan semua itu. Tapi lebih pusing jika tidak bisa menyelesaikannya satu per satu...Jadi, saya hanya bisa berdoa agar diberi kekuatan untuk bisa melaluinya dengan penuh kesabaran dan keimanan. Duri-duri itu jangan sampai melukai hidup saya dan membuat saya lupa akan masalah yang lebih penting untuk dibenahi.