Sabtu, 07 Januari 2012

Kisah Cinta Unik - Embun dan Tuhan


 



Adalah "Diana Wardani", penulis buku yang terpampang cantik di sebelah kiri tulisan ini. Ia menuliskan sebuah kisah cinta unik yang berbeda daripada umumnya. Cinta antara embun di pagi hari dan Tuhan sang pemilik alam. 
Buku ini belum saya baca, justru saya hanya bisa menerka "ide pengambilan judul" yang dipilih mbak Diana.

Saya tertarik menguliknya karena pilihan kata embun adalah perwakilan dari sebuah makna kesegaran. Embun adalah sesuatu yang lama tak saya temui. Hanya hadir tatkala musim kemarau tiba di tempat saya. Rerumputan yang mulai sedikit tersisa, tak pernah dihinggapi sejumput air bening di pagi hari. Itu semua hilang ketika musim kemarau tiba. Ia selaksa pesan tanpa kata, datang menyejukkan dan menenangkan.  
Mbak Diana dan saya ataupun pembaca lainnya mungkin adalah pengagum pagi dan embun. Tanpa ridho Sang Khalik, embun tak pernah ada dan pagi adalah saksi kehadirannya.

Maka demikianlah hidup yang pernah saya jalani di tahun-tahun sebelum 2012. Saya seperti embun kecil yang terhempas dari daun, menguap ketika sengat mentari muncul. Hadir kembali tanpa perduli beban berat yang dijalani. Embun dan saya adalah duo yang seirama. Putaran waktu hanyalah penentu. Saya, bergerak berpacu bersama anak dan suami meniti hari dengan doa dan usaha.  Tak ada yang lebih ataupun berbeda.
Memasuki tahun baru ini, ada banyak rangkuman agenda yang pernah saya impikan sebelumnya. Jauh sebelum saya memilih untuk menikah. Ya saya adalah pemimpi. Namun kali ini, saya bermimpi dan bergerak demi sesuatu yang saya cita-citakan. Sesuatu yang tak bisa menunggu waktu jika tak dimulai dari hati. Mimpi sederhana saya hanya satu, menulis dan memasyarakatkan tulisan. 
Saya bukan ahli bukan pula seorang pemimpin. Saya hanya pemimpi yang tak punya modal banyak kecuali energi, waktu dan ide. Saya hanya ingin bisa menjerumuskan masyarakat di lingkup terdekat untuk tertarik membaca sebuah tulisan. Meluangkan waktu mereka dengan menambah wawasan dunia luar. Mengalihkan dunia televisi yang bermuatan sinetron ke arena berita penuh ilmu pengetahuan.

Saya tak tahu bagaimana realisasinya, bagaimana caranya dan bagaimana praktiknya. Saya hanya yakin bahwa itu pasti bisa. Meski mungkin diperlukan keikhlasan untuk membayar mahal harga berlembar-lembar tulisan dan tinta..saya yakin bahwa tak ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha.

Layaknya embun yang menyegarkan, saya ingin begitulah yang terjadi pada kami. Segar dan segar baik pikiran, jiwa dan raga.
Seperti yang terangkum dalam buku ini. Tentang cinta yang menghubungkan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama, manusia dengan negaranya, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan cinta itu sendiri. Maka begitulah yang saya harapkan dalam kehidupan saya di tahun ini. Hubungan yang manis antara saya dan makhluk Tuhan dan saya dengan Sang Pemilik Alam. Serasi dan seimbang secara vertikal dan horisontal. Amin semoga itu bisa terwujud..
Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Sederhana Akhir Tahun di blognya mbak Diana