Sabtu, 08 Maret 2014

Antara Gorengan dan Sehat

Di dekat rumah saya ada sebuah warung kecil sederhana. Ketika siang, warung itu menjual rujak (= pecel) yang sayurannya terdiri atas kacang panjang, kangkung, taoge, timun dan kubis. Selain itu juga menyediakan ketupat yang jika ditambahkan akan berubah nama menjadi gado-gado. Menjelang asar, warung itu berubah menjadi penyedia aneka gorengan alias makanan berminyak, yaitu pisang goreng, mendoan, dage (ampas kelapa yang dipadatkan), tahu isi, ranjem (=ampas tahu goreng yang gurih) dan dampleng (parutan singkong berisi bumbu gurih pedas). 

Ya..itulah makanan khas daerah kami.
Dengan nama yang unik, Dage amat digemari..
Mirip dengan nama motor ya? Eeh itu kan MoGe..sori hehehe

Aneka makanan itu laris diserbu para ibu, disukai bapak2 dan juga remaja hingga balita. Pembelinya rela mengantri dan kehujanan (karena ga ada ruang tunggu yang memadai). 
Saya seringkali mengamati dari dekat rumah. 

Yang menarik adalah para pembeli hampir tak pernah bosan dengan makanan berminyak ini. Bisa saya simpulkan dari ajegnya orang yang datang. Saya pun dulu pernah ikutan berbuat demikian, tepatnya jika ada tamu dari Wonosobo, saudara ibu mertua. Beliau senang sekali dengan "Dage". Tak ada makanan sepeti itu disana. Begitu alasannya. 
Namun jika tak ada tamu, saya dan ibu mulai mengurangi makanan ini. Kecuali dalam kondisi terjepit, tidak ada lauk hihihii...

Lalu mengapa orang lebih suka beli makanan bergoreng daripada makanan lainnya? Mungkinkah karena praktis dan mudah diperoleh dengan kantong cekak? Ataukah karena alasan penghematan? Entahlah..yang pasti, daya beli masyarakat sangat tinggi terhadap makanan bergoreng daripada makanan sehat seperti buah-buahan.

Buah-buahan bukanlah barang yang mudah dan murah di Indonesia. Saya merasakannya dan mengeluh ketika buah A atau B mulai tak ada di pasar. Atau ada buah impor yang lebih mudah dibeli pedagang sehingga buah lokal jadi tersingkir.. en harga belinya ya tetap selangit. Duh..sedih banget dengan kebijakan ini. Kayaknya jadi petani di Indonesia "ga iso urip merga ra ditolong karo negarane dhewek".
Padahal kalo saja pemerintah sadar sepenuhnya buah adalah sumber vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh manusia..(yo sadar tho menterine, wong saben dina dhadar buah, tho? :D) maka buah dapat membantu pemulihan dan mencegah penyakit (jika dikonsumsi dengan tepat dan benar).
Saya yakin banget tuh..pemerintah ga usah mumet2 ngurus orang sakit dan BPJS. Cukup ngurus ketersediaan pangan yang sehat buat penduduknya saja sudah mengantisipasi ketergantungan masyarakat terhadap obat loo.

Itulah mengapa ada sindiran hebat buat pemerintah yang sibuk ngurus orang sakit daripada ngurusin tindakan preventif... 

Hmm sebaiknya saya saja yang berusaha memulainya. Mengurangi gorengan dan memilih hidup sehat agar terhindar dari resep dokter :D
Bagaimana dengan pembaca?