Minggu, 23 Maret 2014

Teman Bicara

Terduduk sejenak di depan televisi sambil menyeka keringat sebelum mandi sore adalah sebuah kenikmatan tersendiri bagi ibu yang lelah berkejaran seharian dengan tiga arjuna. Ini adalah malam minggu, ingin rasanya punya waktu santai dan membiarkan dengkul selonjor sesaat ..begitu bisikku membela diri (kemarin).
Apalagi sebuah bincang santai di show-nya "U..K.." dengan bintang yang sedang naik daun karena masalah pribadinya, membuat indera ini tergoda ingin tahu juga. Bukan karena ingin mengorek aibnya, saya hanya ingin tahu kunci apa yang membuatnya ingin berpisah? 

pinjam foto di http://picssr.com/photos/inoe/page2
"agar sandal merah ini tak sendiri..maukah kau berbagi pijakan?"

Teman bicara..
Itu menjadi kata ungkapan yang menarik ketika artis itu menyebutkannya. Dua kata yang menggoda saya untuk berpikir mundur, mengulas kisah panjang sebagian pasangan yang pernah hadir di dekat tarikan napas saya. 

Sebagian besar para pasangan berumur ini melalui waktu dengan teman bicaranya yang beraneka sikap. 
* Ada yang saling berbagi waktu dengan membaca koran atau majalah dalam diam lalu menghirup nikmatnya minuman panas sambil mengobrol seadanya.   
* Ada yang satu ingin mengobrol penting, eh yang lainnya duduk di pojokan sambil menatap namun ga konsen karena sibuk dengan gadgetnya..

* Ada yang sibuk menjahit sementara si pasangan setia duduk di dekatnya mengamati jahitan yang berjalan di atas deru mesin sambil diam saja. Tak ada sepatah pun kata yang keluar karena diam lebih baik daripada mencela..menurutnya (sindrom: takut salah).

* Ada pula yang sibuk menonton televisi (dengan program ga penting) lalu pasangannya pun ingin duduk di dekatnya, hendak menumpahkan sedikit masalah tentang tetangga yang ingin membangun pagar  dekat rumah..eh malah jari jemari lelaki berulah dengan memijit2 remote seakan ogah dengar keluhan..sambil berujar "aahhh..itu sih urusannya dia...bla bla bla"

* Namun ada pula pasangan tua yang harus sabar dengan pendengaran suaminya yang mulai terbatas. Si istri memahami betul sehingga hanya menyampaikan sesuatu atau berita yang perlu saja. Berdialog seadanya namun tak menghentikan kerukunan keduanya bahkan tetap menghormati si suami.
"Pak..si anu ngunduh mantu besok..mau datang ga ?".. "Apa, siapa yang mantu?" 
Istri bijak, tak membuat suami menjadi bulan-bulanan hingga bahan tertawaan di hadapan tamu tentunya.


"Belajar mendengar itu sulit. Terutama mendengar yang tidak seperti tembok atau patung. 

Masalah ini bisa jadi membesar dan menumpuk di batin seseorang tatkala pasangan tak kunjung merubah sikapnya dalam berbicara.

"Karena ada pasangan yang seperti itu bahkan akibat ini, ia jadi malas berbicara dan luntur kadar cintanya.."

Setelah mengamati aneka keluarga...ternyata:
mendengar tak hanya dengan telinga tapi ikut menyertakan rasa (penuh tatapan perhatian, empati atau simpati). Posisi pendengar diuji untuk diasah kepekaannya dalam mengolah rasa si pembicara. 

Satu hal yang paling sering diabaikan dan kerap saya lakukan juga pada orang lain adalah..
menghindari sikap memahami! 
Lo???

Mengutip dari sebuah tulisan ringan namun penting di Kompas/Klasika/12 Februari 2014,

"Tanpa kita sadari, mendengarkan perkataan seseorang yang tidak sejalan dengan pemikiran kita membuat diri ini merasa benar dan menghakimi orang tersebut.
Kondisi ini ternyata kurang tepat. Karena setiap orang punya pemikiran dan alasan-alasan tersendiri yang mendasari pemikiran dan perbuatannya. 

Jadi..apabila ada perbedaan pendapat..plisss jangan terburu-buru membantah atau menghakimi. Pahamilah alasan setiap orang dalam beropini..termasuk saya yang sedang belajar memahami orang lain juga kepada anak saya yang masih bayi sekali pun.. 

"Dan..artis itu pun menyadarkan pemirsa bahwa materi tak lebih baik daripada teman bicara yang membuatnya bisa mencinta sampai akhir hayat..