Minggu, 15 Mei 2011

Do It

Saya tidak pernah memahami sebuah pernyataan ini, "tulislah apa yang menjadi kegelisahanmu". Hingga di suatu detik ketika tengah berbincang dengan seseorang saya menemukan sebuah alasan yang nyata:
"seorang lelaki baru saja membaca sebuah koran nasional dan mengajakku membahas isi berita di dalamnya, ketika itu isinya tentang masalah pertanian. Let's guess, what did he say?? 'Hei,..persis banget dengan ide yang ada di kepalaku beberapa waktu yang lalu!!' Oh My God...why u can say like that??...ya..ya..ya..because u are a good thinker. so sad u have never wrote it.
tenyata mengguratkan ide-ide yang terlintas dalam sekejap melalui tulisan itu lebih tepat daripada hanya mendokumentasikannya melalui lisan. Otak mudah membuang rekaman yang tidak dianggap penting sehingga kita mudah lupa. Dan saya memang harus segera merekamnya dalam postingan ini agar jejaknya tak lekas pudar. Ya, kini saya sadar. Menulis itu bagian dari sebuah rekam jejak pikiran dan ucapan kita. 

BerTumbuH

Hampir seminggu saya tidak berkunjung ke rumah sendiri..membiarkannya begitu saja tanpa ada reaksi perubahan sedikit pun. Saya sedang mengalami kelelahan yang amat sangat. Namun dalam segala rasa itu, saya mendapatkan sedikit senggolan hari ini..

"Baru saja membuka layar monitor, saya langsung dihadapkan pada sebuah postingan dari sebuah tulisan di blog kompasiana : "menulis dengan filosofi ikan by I Ketut Suweca yang bisa dibaca di sini. Dalam tulisan tersebut, beliau menjelaskan secara gamblang bahwa menjadi penulis harus seperti seorang tukang masak juga. Harus kreatif dan bergerak. Jangan stagnan, itu-itu saja, tidak ada perkembangan dan inovasi. Bertumbuh! Mungkin itu istilah yang lebih tepat. 

Manusia pada dasarnya memang harus selalu menghasilkan sesuatu setiap waktu. Jika tidak maka ada rasa hampa. Maka ketika saya kembali membaca ulang tulisan beliau, saya tertegun sejenak. Ah, selama ini saya masih saja bingung, manakah yang ingin saya tekuni, antara dunia masakan atau dunia tulisan?? Maka jawabannya baru saya temukan kemarin, tepatnya setelah saya gagal membuat lapis surabaya dua loyang! Semuanya bantat dan saya merasa patah semangat. Tak ada nyali lagi untuk mencoba...
Hati saya pun berbisik, jika mau terus,..jangan mundur hanya karena ini. Ayo buat lagi tokh cuma memakan waktu 1 jam saja. Tapi ah,..saya lalu berpaling ke meja komputer dan klik sana klik sini...:) kembali mencari inspirasi untuk menulis. Kali ini saya harus bisa bergerak bebas seperti ikan itu..