Sabtu, 23 April 2011

Kartini dan Sisi Lain yang Jarang Dikupas..

Kartini adalah salah seorang putri Bupati Jawa yang memiliki ide-ide besar yang tak dimiliki oleh para perempuan di masa itu, masa penjajahan Belanda pada tahun 1879-1904. Awalnya, saya tak terlalu peduli dengan peringatan Hari Kartini. Di masa sekolah dulu, setiap pendidik yang saya temui hanya menerangkan  bahwa Kartini diperingati sebagai seorang pahlawan yang sangat berperan besar dalam perkembangan pendidikan perempuan di masa kini, seorang pahlawan perempuan yang berjuang demi kesetaraan pendidikan para perempuan di masa-masa berikutnya. Namun 2 minggu sebelum hari Kartini tiba di tahun ini, saya menemukan sebuah buku unik yang berjudul "Kartini Menemukan Tuhan Analisis Wacana Surat-surat Kartini 1899-1904, (Efa Fillah,2008)". Buku ini membuka mata dan pikiran saya lebih dalam bahwa ternyata ada banyak hal yang tidak terungkap dari seorang Kartini. 

Kartini selalu berdiskusi, berkeluh kesah dan menyampaikan semua ide pikirannya kepada para sahabatnya di negeri Belanda melalui media surat. Sahabat penanya enam orang, yaitu Ny. Marie Ovink Soer, Nn. Estelle Zeehandelaar, Tn. J.H.Abendanon dan Ny. R.M. Abendanon-Mandiri, Dr. N. Adriani, Tn. Ir. H.H. van Kol dan Ny. Nellie van Kol, serta Tn. Prof.Dr. G.K.Anton. Surat mampu mengatasi keadaan terisolasi Kartini selama mengalami masa pingitan. Surat-surat Kartini menegaskan dengan siapa ia layak mengkomunikasikan pemikiran dan gagasannya. Surat-surat Kartini banyak menyebutkan pengalaman dan pergulatan spiritualnya. Kartini adalah seorang muslim. Layaknya muslim yang lain, Kartini sempat mengalami kebimbangan hingga suatu saat, ia mendapatkan hidayah dan rahmat Allah SWT. Kondisi ini mempengaruhi pemikiran Kartini dalam melakukan keputusan hidupnya, salah satunya adalah kesediannya untuk diperistri oleh seorang Bupati Rembang yang berstatus duda dengan tiga selir dan enam orang anak.

Belajar Al Quran telah diperoleh Kartini sejak kecil, namun rasa ingin tahunya yang begitu dalam tentang makna Al Quran seringkali kurang terpenuhi. Kartini kerap kecewa dengan jawaban sang guru dan keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya pergulatan spiritual dalam diri Kartini untuk mengambil keputusan hidupnya. Kartini sempat membenci pernikahan karena konsep pernikahan yang dikenal Kartini adalah penderitaan wanita-wanita Jawa yang terpaksa rela untuk dimadu. Islam melindungi poligami. Kartini sadar, tidak menikah adalah sebesar-besarnya dosa bagi seorang wanita. Hidayah yang diperoleh Kartini membuatnya cermat dalam menyikapi konsep poligami di lingkungan keraton tempat ia tinggal, terutama di lingkungan keluarganya sendiri. Ayahnya memiliki seorang selir tapi tetap bisa berlaku adil pada seluruh pasangannya juga kepada Kartini. Kartini menemukan pelajaran baru yaitu kebahagiaan berempati yang luar biasa dan tulus ikhlas. Ini juga lah yang membuatnya memutuskan untuk menerima pinangan seorang Bupati dan melepaskan beasiswa yang sangat diperjuangkannya. Ia berkeyakinan bahwa pernikahannya justru akan membantunya untuk memperlancar gerak cita-citanya.


Ya, cita-cita Kartini dilandasi oleh kesadarannya bahwa peran perempuan dalam keluarga sangatlah penting. Ia berkeyakinan bahwa kaum ibu adalah pusat kehidupan rumah tangga. Disanalah anak-anak belajar merasa, berpikir, dan berbicara untuk pertama kalinya. Seorang ibu juga harus mempersiapkan anaknya sebagai anggota masyarakat yang memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri serta masyarakat umum. Oleh karena itu ia berkeinginan untuk  memberikan pendidikan kepada kaum perempuan di sekitarnya agar memiliki bekal yang tepat dalam mendidik keturunannya kelak.  Pertimbangan akan masa depan anak-anak generasi penerus bangsa itulah yang mendorong Kartini untuk berjuang dalam memberikan pendidikan kepada perempuan sebagai calon ibu, pendidik anak bangsa. 
Inilah latar belakang perjuangan Kartini yang sesungguhnya..beliau sungguh-sungguh berpikiran mulia.  Tidak mementingkan kehidupan sendiri dan memiliki pemikiran jangka panjang untuk kepentingan umum.


Sungguh layak jika sekiranya Kartini dinobatkan sebagai pahlawan wanita Indonesia sebab jauh dari pemikiran saya, tak banyak para wanita yang peka terhadap kepentingan orang lain dan merisaukannya di zaman itu. Zaman dimana masyarakat feodal dianggap tidak boleh berpikir kritis dan perempuan tidak perlu menerima pendidikan. Satu hal yang juga saya kagumi adalah Kartini selalu berpegang teguh kepada aturan agamanya. Ia mempunyai pegangan yang kuat dalam melakukan suatu tindakan dan teguh pendirian terhadap kebenaran. 



3 komentar:

  1. Terimakasih atas sharingnya. :)

    BalasHapus
  2. @erwinazis: sama-sama mbk,..trimaksh jg ats kunjungannya..:>

    BalasHapus
  3. saya baru tahu kalo tidak menikah adalah dosa dalam ajaran Islam....

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)