Kecilnya nilai materi yang diperoleh memang tak sebanding dengan pengorbanan para ibu pejuang kebersihan. Bunda Toto dan ibu-ibu bank sampah itu tak memikirkan jumlah rupiah yang dihasilkan dari sampah per minggunya sebab nilainya baru dibagikan setahun kemudian. Mereka sedang merintis tabungan di surga.
“Apa yang kita lakukan harus barokah. Ngga hanya pada diri sendiri tapi juga bagi orang lain. Bank sampah ini telah banyak membantu warga, untuk membeli kebutuhan keluarga, pakaian, bayar sekolah, bayar hutang dan bingkisan lebaran. Warga sangat bersyukur dengan adanya bank sampah. Saya juga senang karena warga dapat merasakan manfaatnya setelah dua tahun ini. Dulu bank sampah ini pernah dirugikan, ditipu, ngga punya nasabah dan dimusuhi. Tapi kini sangat dicintai,” jelas Bunda Toto menutup perbincanganku sore itu.
Pamit dari rumah sederhana itu, hatiku selalu tertambat. Bunda Toto mungkin tak seberuntung kita. Hidupnya sederhana dengan penghasilan yang masih disyukurinya. Namun semangat berbaginya luar biasa. Lalu bagaimana dengan sahabat Ummi?
Adakah niatan untuk menjadi pejuang lingkungan di dekat rumahmu? Sekolahmu? Kantormu? Setelah nikmat sejahtera, nyaman dan sehat yang kita miliki, adakah keinginan untuk menyejahterakan lingkungan? Bumi tempat kita mencari kehidupan? Mari kita mengingat, rusaknya lingkungan akibat polah manusia. Maka manusialah yang harus memperbaikinya agar ia terus mengingat bahwa manusia hanyalah penghuni sementara. Bukan pemilik dunia dan seisinya.
Tulisan ini juga dipublikasikan di ummi-online
Tulisan ini juga dipublikasikan di ummi-online
hebat ya Bunda Toto... :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusharus di tiru ni bunda toto
BalasHapus