Jumat, 23 September 2011

"Story Pudding : Percayalah Istriku"

Percaya aja..! begitu selalu mantra ajaib yang diucapkan suami setiap kali saya mulai berkeluh kesah. Hal yang paling sering saya keluhkan tentu saja sama dengan para ibu rumah tangga lainnya, masalah keuangan. Ya. Saya selalu kawatir dengan nasib keuangan kami tatkala belum akhir bulan sudah menipis dana utama. Padahal hal-hal penting sudah didahulukan tetapi tetap saja ada peristiwa tidak terduga. 
Jika sudah begini, saya tak punya pilihan lain selain berharap untuk percaya akan ucapan suami bahwa semuanya baik-baik saja. Sebab jika dihitung secara matematika, saya akan semakin pusing tak berdaya. Musykil..ga mungkin bisa bertahan. Namun suami tetap "Yakin saja, pasti ada pertolongan," begitu hiburnya.


Lalu kepercayaan saya meredup ketika hal buruk benar-benar terjadi. 
Suami dirumahkan dan kami hanya bergantung pada tabungan.


Suatu hari,..kami tak punya pilihan, uang sekolah anak belum terbayar. Dana menipis drastis. Hanya barang pemberian suami di hari istimewa pernikahan kami yang tersisa. Meski berat, saya merelakannya.
Barang berbentuk lingkaran seukuran jari manis saya itu pun berpindah tangan untuk diuangkan. Saya dan suami hanya menatap lesu..Namun ia masih saja bisa bercanda sambil menghibur dengan mengucap mantra.."insya Allah ada penggantinya."
  
Ah. Ini adalah tantangan untuk sebuah kebersamaan kami. Dalam kebingungan, saya berusaha berpikir jernih. Mengingat kembali perjalanan waktu ketika bertemu dan memulai sebuah keluarga mungil dengan keterbatasan dana. Saling membangun semangat satu sama lain agar rasa optimis menempuh hidup selalu hadir dalam sukma kami. Itu semua adalah modal perkawinan kami. Bukan hanya cinta atau materi semata tetapi rasa percaya di antara kami berdua.


Kini ketika modal terakhir kami juga nyaris pupus, haruskah kami menyerah?
Tidak..masih ada satu lagi, percaya kepada Yang Maha Kuasa.


Saya baru sadar bahwa modal sebuah hubungan dua insani ternyata adalah keimanan kepada sang Khalik. Dengan itu kami yang papa, tak punya daya dan kuasa masih memiliki kekayaan rohani untuk meminta. Berharap dengan yakin bahwa hidup tetap bisa dijalani dengan penuh sukacita dan ikhlas tanpa berpikir neko-neko. 
Alhamdulillah..
Karunia masalah berbuah kebaikan karena dengan masalah yang kami terima, kami justru mendapat hikmah, saling menguatkan dalam kebersamaan. Saling mendukung untuk kemajuan dan saling mengisi untuk mendapatkan celah demi kesejahteraan keluarga. 
Soal rejeki yang memusingkan, tak lagi menjadi bahan pembicaraan. Biarlah itu menjadi rahasia illahi. Karena kami hanya makhluk yang berusaha. Insya Allah akan datang pada waktunya sesuai dengan ikhtiar kami. 


Kisah ini diikutsertakan pada A Story Puding for Wedding yang diselenggarakan oleh Puteri Amirilis dan Nia Angga

3 komentar:

  1. Kalo mslh itu jgn di itung dgn matematika mbak. Yg ada pasti down hehe

    Kalo percaya itung2an ALLAH pasti ada jalan keluarnya. *halah sok gede hehe*

    BalasHapus
  2. Salam sahabat
    Membaca ceritanya sangat memberikan hikmah bagi saya mbak terharu banget xixi

    BalasHapus
  3. ya, adakalanya nasib org kadang ada di bawah termasuk masalah ekonomi.. Tp kalo ikhtiar dan doa terus di usahakan sih apapun hasilnya pasti akan punya manfaat :))

    ya, adakalanya nasib org kadang ada di bawah termasuk masalah ekonomi.. Tp kalo ikhtiar dan doa terus di usahakan sih apapun hasilnya pasti akan punya manfaat :))

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)