Minggu, 02 Oktober 2011

Batik-kan Harimu: Batik Bayumas..Masih Jaya!

Dulu..sewaktu tinggal di Kalimantan, saya menganggap berpakaian batik adalah hal yang istimewa. Maklum saja, di mata saya..berpakaian batik itu "wah" banget.. Saya ingat betul,..Ayah saya hanya mengenakan batik di acara istimewa saja. Selain itu tidak, demikian juga dengan Ibu saya. Namun sejak saya pindah ke tanah Jawa, saya tidak asing lagi dengan batik. Ini karena Mbah Putri saya, memang sehari-hari selalu menggunakan kain panjang bermotif batik dan kebaya..komplit, plus dengan gulunga di rambutnya yang panjang.

contoh kain panjang Mbah Putri
  Sekarang setelah menikah dan punya bayi pertama, jenis kain pajang seperti ini bukan jadi bawahan lagi tapi berubah fungsi menjadi gendongan bayi, alas ompol bayi dan kadang-kadang buat bedong (pembungkus bayi) hehehe maklum saja kain batik memang nyaman di badan. Bahkan Ibu mertua saya masih senang memberi kado kepada ibbu yang baru melahirkan dengan kain panjang seperti gambar di atas..Mungkin karena multifungsi itu beliau memilihnya..tak lekang waktu hingga kapan pun..:)
Lalu, sejak menikahi seorang lelaki yang asli Banyumas dan bermukim di Purwokerto tercinta, saya mulai mengenal Batik Banyumas. Corak yang menarik yang belum saya kenali sebelumnya. Ternyata batik banyumas punya cerita perjuangan dalam bersaing dengan pasar.
kain panjang batik motif banyumas
Gambar di atas adalah hadiah parcel lebaran tahun lalu untuk keluarga Bapak mertua. Ya, hampir di setiap kesempatan yang saya saksikan di kota ini, batik banyumas selalu turut serta. Saya pun juga.. memiliki baju bermotif batik banyumas adalah satu bentuk kebanggaan saya dan suami..tak ketinggalan si sulung.:).

Kakak Farhan dengan gayanya 
*Batik Banyumas mulai diproduksi sejak tahun 1962. Salah satu kekayaan tradisi Banyumasan itu pernah mencapai puncak kejayaan hingga tahun 1970. Ketika itu, Kabupaten Banyumas mempunyai sedikitnya 105 pengusaha batik. Sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Sokaraja, yang lain berada tersebar di Kota Banyumas lama dan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur.
Pada masa keemasan itu, tiba-tiba batik printing dari Pekalongan, Jogjakarta masuk ke wilayah Banyumas. Menawarkan harga yang murah di pasar, akibatnya kondisi itu merontokkan pengusaha batik di Banyumas satu persatu.
Situasi dunia perbatikan yang kritis menggugah Pemkab Banyumas bergerak. Bupati menerbitkan Surat Edaran (SE) Bupati tertanggal 20 September 2003. Isinya menghimbau Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengenakan Batik Banyumasan setiap Jumat. Tak hanya itu, sejumlah pengusaha juga mendapat suntikan dana dan ikut pelatihan batik di Jogjakarta.
Motif batik banyumas mencapai ratusan, di antaranya lumbon, pringsedapur, kawung, limaran, tirtatejo, uger, sidomukti dan bondowono.
yang membedakan Batik Banyumasan dengan batik dari Solo atau Pekalongan adalah warna. Warna asli Batik Banyumasan adalah batik cokelat dan hitam dengan plataran warna kuning tua. Biasanya Jogja maupun Solo warnanya putih.
Kurang lebih 3 tahun, Batik Banyumasan mulai mendapat tempat. Jumlahnya yang masih terbatas membuat pecinta batik dari kalangan menengah ke atas justru memburunya. Mereka terutama menggemari motif yang klasik. Bahkan para kolektor berburu peninggalan Batik Banyumasan produksi tahun 1970-an dengan harga jutaan rupiah. 
baju wanita
baju pria dengan motif kupu-kupu

 Membaca sejarahnya, saya ikut bersedih..betapa batik banyumas sempat tersingkirkan dari arena pasar. Namun kini, setelah kebangkitan batik di seantero nusantara, Batik Banyumas kembali berjaya. Setidaknya ini adalah jalan keberuntungan bagi para penggiat batik terutama batik tulis yang senantiasa melestarikan karya Indonesia.
Ah saya jadi terkenang ketika berjalan-jalan di Mirota Batik Jl Malioboro..saat itu saya masuk dan hanya melihat-lihat isi toko, bukan membelinya hehehe..saya terkesan dengan seorang wanita yang sudah lanjut usia sedang membatik dengan penuh konsentrasi..
Betapa itu sungguh menakjubkan,..ia menunjukkan sebuah jalan karya bangsa kepada para konsumen yang mungkin belum pernah menyaksikan prosesi membatik, seperti saya..
Terima kasih batik..apapun motifmu..kami bangga sebagai bangsa yang mencintai budaya nusantara..Apapun acaranya..batik tetap nomor satu..Yes! We Love Batik!

Potingan ini diikutsertakan dalam Kontes Batik-kan Harimu yang diselenggarakan oleh Mbak Nia, Teh Orin dan Mbak Puteri.. 
* sumber dari http://juniest.wordpress.com/2008/05/07/batik-banyumas/

1 komentar:

  1. melihat batik dari banyumas dengan aksen dan motifnya mengingatkan saya pada seorang ibu. Khas banget dengan kaum hawa hehe...





    atkan saya pada seorang ibu. Khas banget dengan kaum hawa hehe...

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)