Minggu, 03 April 2011

jangan bicara jika ga bisa ngomong!

Pernah ga sih dengar ujaran pedas seperti di atas?

Saya pernah mengalaminya ketika usia masih belia. Ketidakmengertian membuat saya sering melontarkan kalimat-kalimat asal ketika menjawab sesuatu namun seringkali ditolak dan dianggap bodoh. Situasi seperti ini membuat saya mulai memutuskan untuk tidak usah bicara saja daripada disalahkan atau tak perlu memberi jawaban jika dimintai pendapat. Tokh saya tidak dianggap penting, begitu penilaian saya. Hal ini ternyata berefek buruk untuk jangka panjang kehidupan bersosialisasi saya.

Ketika itu, kondisi pendidikan di Indonesia cenderung hanya satu arah sehingga sikap pasif yang tertanam dalam diri semakin berkembang dengan suburnya. Saya semakin yakin, bahwa diam itu emas namun emas yang diharapkan tidak pernah berkilau, bahkan cenderung mengabur dan menjadi kusam. Seiring bertambahnya usia remaja, lingkungan keluarga semakin tidak bisa memahami saya, justru saya yang berusaha memahami mereka. Sikap diam saya kini mulai disalahkan. Sungguh dilema. Apa boleh buat, saya tak punya keberanian untuk unjuk gigi, semua saya endapkan dalam bentuk tulisan di buku mungil yang sengaja saya buat sendiri. Saat sedih, saya menangis bersama goresan pena hitam. Saat saya membenci pilu, saya teriak dalam tinta merah. Adakah kegembiraan?? tentu saja pernah, biasanya kurangkai dalam kalimat haru membiru warna kalbu.

Waktu berlalu..tanpa kesiapan mental,saya harus berhadapan dengan dunia keras pada awal usia remaja.inilah susahnya jika orang tua hanya membekali materi dan nasehat yang bernada penuh harapan tinggi. Saya hampa dengan bekal semangat dan kepercayaan diri. Akhirnya hidup seperti daun yang ditiup angin, jika angin bertiup ke barat, saya mengikutinya, sebaliknya jika ke timur,saya tak ingin tertinggal jauh.

Ah masa lalu. Selalu membuntutiku hingga saya tiba di stasiun berikutnya.

Hari ini, saya kembali teringat akan pola salah asuh yang terlanjur diterapkan dalam lingkungan terdekat. Asuhan yang membuat saya tak selalu berani mengambil keputusan baru dan juga mengeluarkan ide-ide fantastis kepada siapa pun. Asuhan yang mungkin dilakukan karena pembiasaan, yang mungkin juga pernah dilakukan oleh orang tua terdahulu. Mereka tanpa sadar menerapkan kedisiplinan dengan cara yang keras hingga mempengaruhi rasa percaya diri saya. Menganggap sesuatu yang telah dilakukan turun menurun akan menghasilkan generasi yang baik dan penurut.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)