Kamis, 28 April 2011

kesimpulan di jumat pagi

Setelah bergumul dengan banyak tanda tanya dalam kepala, saya bisa menyimpulkan beberapa jawaban dari sejumlah pertanyaan di hari rabu kemarin..,sedikit mengulas:

Gosip panas yang sedang menerpa sebuah gerakan mengatasnamakan agama "ini" telah bergerilya cukup lama, tepatnya sejak tahun1960-an. Jika dulu, di zaman orde baru, pergolakannya tak menimbulkan keresahan bagi sebagian masyrakat maka kini masyarakat telah jengah dan lelah dengan tekanan dan teror yang membabi buta dan tidak menentramkan kehidupan para korban-korbannya.
Mengapa ini semua bisa terjadi tanpa disadari oleh pemerintah? Padahal sudah jelas gerakan tersebut merampas hak orang lain dan mengganggu kenyamanan? 

Ya, salah satu faktor yang membuat gerakan ini begitu menguat dengan mudah adalah karena terinspirasi dari kegamangan pemerintah dalam mengendalikan situasi negara. Pemerintah kurang mampu bersikap tegas dalam menghadapi radikalisme dan premanisme (kompas,28 April 2011). Dituliskan pula bahwa kekuatan pemimpin  yang semakin menurun karena terlalu mementingkan kepentingan sendiri dan kelompoknya menyebabkan negara kehilangan sosok negarawan yang punya visi jauh untuk memperjuangkan bangsa (kompas,25 April 2011). 

Sumber pemicu utamanya juga bisa disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemerintah dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan perekonomian rakyat. Akibatnya masyarakat sering merasa tidak percaya kepada pemerintah dan berakibat keberpihakkan kepada ideologi di luar Pancasila. Sejumlah butir yang tertuang di dalam Pancasila kini diacuhkan. Anggapan bahwa Pancasila tak lagi sesuai zaman seringkali terdengar di masyarakat. Menurut kompas (25 April 2011), Pancasila semakin kehilangan wibawanya. Pada masa Orde Baru, Pancasila dimasukkan dalam kotak bernama Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Sekarang Pancasila tidak dijadikan acuan dalam kehidupan berbangsa  dan bernegara sehingga bangsa ini kehilangan filosofinya.

Lalu bagaimana peran keluarga dan lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah, bukankah mereka turut berperan dalam pemahaman dasar-dasar agama??
Ya, pendidikan keluarga yang mengedepankan kejujuran dan jalinan komunikasi yang baik antar anggota keluarga bisa membentengi celah terjadinya radikalisme dalam diri seseorang. Keadaan ini harus mulai disadari oleh para orangtua sebab sasaran gerakan "ini" adalah mereka para mahasiswa baru yang tentunya baru lulus sekolah menengah atas dan sedang dalam masa labil serta mencari identitas diri..mayoritas yang diincar adalah remaja yang mengalami masalah psikologi diri dan senang menyendiri. Ancaman ini adalah pekerjaan rumah buat kita para orangtua agar sedini mungkin membentengi mereka dengan komunikasi yang baik dan membuat suasana rumah nyaman agar si anak remaja ini tidak bersembunyi dan mencari pelarian dengan hal-hal lain yang tak terduga seperti fenomena di atas.

Sekolah sebagai sarana pendidikan mulai memperhatikan kurikulum agama sebagai salah satu mata pelajaran yang diperoleh siswa. Jam pelajaran agama yang cukup singkat, jangan sampai diisi dengan hal-hal yang mengarah pada tindak radikalisme dan pemahaman yang salah. Komunikasi dua arah antara siswa dengan guru yang baik akan mengurangi misunderstanding di hati mereka.

well, mari bersatu..membantu pemerintah mengurangi radikalisme dalam negara dan hati kita..dimulai dari lingkungan terdekat.



4 komentar:

  1. betul sekali mbak...untuk para ibu dirumah harus membentengi dengan komunikasi yang kuat dengan anak. agar si anak tidak mencari pelarian...
    karena masa-masa seperti mereka, sedang mencari pembenaran. *muka seriusss :p

    BalasHapus
  2. @wulanmanjol: setuju mbk,..:)
    @erwinaziz: silahkan disimak mbk,..:P

    BalasHapus
  3. yah, kita harus menjaga generasi penerus dg memperkuat iman mereka utk menghindari kekerasan yang sering terjadi saat ini.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)