Memasuki pukul 10.00, dua orang remaja putri terlihat sibuk memilih kuntum melati terbaik di halamn rumahnya. Sesekali tangan mereka mengait kuntum pada tali rafia sepanjang 60cm. Dengan telaten, satu demi satu roncean terangkai sempurna. Tak jauh dari rumah bercat putih itu beberapa ibu berkumpul mengerumuni gundukan kuntum melati. Di hadapan mereka tersebar tumpukan kuntum melati yang siap dironce. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang dikerjakan remaja putri tersebut.
kuntum melati tersebar di lantai halaman rumah |
Desa Blendung, lokasi desa yang saya lewati memang terkenal sebagai sentra peronce melati. Pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00, ibu-ibu, remaja putri dan kadang-kadang para bapak ikut serta berjibaku menyortir, merangkai dan menyimpan roncean melati di ember yang berisi air. Bagi perempuan yang mencintai aroma melati seperti saya, pastinya gemes ingin turut serta menyambangi mereka. Namun melati-melati tersebut bukan untuk wewangian. Melati yang masih berbentuk kuntum itu telah memiliki pasar. Kebanyakan dipesan oleh para perias pengantin selebihnya dipesan oleh pabrik teh atau saat acara kematian.
seorang gadis usia sekolah dasar ikut membantu meronce pada hari libur |
Satu roncean kuntum melati dengan panjang 60cm dihargai murah, yaitu 1500 rupiah. Sementara melati yang telah bermekaran disingkirkan dan diberi wadah sendiri.
"Masih ada yang membutuhkan,..semisal sebagai campuran teh pada pabrik lokal, seperti di Pekalongan, Tegal atau Slawi", ujar Dwi, seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Tegal yang mengisi waktu luangnya dengan meronce. Dwi tak dapat memastikan, berapa roncean yang akan dihasilkannya saat itu sebab jatah karung melati yang ia terima selalu berbeda setiap waktu. Selain itu tak hanya Dwi yang mengerjakan pekerjaan sampingan ini. Nyaris sepanjang rumah bergelut dengan usaha meyakinkan ini.
melati dikaitkan satu per satu pada tali rafia |
Roncean melati layaknya ikan laut. Setelah dikumpulkan oleh pengepul dan disimpan dalam wadah yang telah diberi es batu, pengiriman ke tempat pemesan dilaksanakan hari itu juga. Kesegaran melati yang masih kuncup kuat bertahan dalam suhu dingin selama satu minggu.
inilah hasil roncean yang siap disetorkan pada pengepul |
Melati menjadi jaya di beberapa desa di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Setelah banyak order dari pabrik teh dan meningkatnya permintaan hiasan pernikahan menggunakan melati murni, petani tetap bertahan dengan menanam melati. Desa Blendung, Kertosari dan Kaliprau adalah tiga desa yang masih menanam melati. Selain padi, cabe, terung, dan kacang panjang, melati masih menjadi prioritas.
seorang petani merawat tanaman melatinya yang terkena hama |
Sekilo melati dijual petani seharga 14 ribu. Harga itu bisa jadi menggiurkan namun, saat pemanenan, petani tak selalu dapat sekilo melati. "Pemanenan yang berlangsung setiap pagi dan sore itu umumnya hanya memeroleh 7-8 ons" kata Ibu Naruya, seorang petani pemilik lahan melati, tambak udang sekaligus penjual makanan ringan di Pantai Blendung. Perhitungan itu belum termasuk jika hasil panen dipasrahkan pada pemburuh atau jika melati sedang terkena penyakit dan hama.
melati dan padi saling bersaing |
Aroma melati membius warga Blendung dan sekitarnya untuk tetap mencintai tanaman satu ini. Ketangguhan melati patut diacungi jempol dalam bergerilya dengan cuaca terik dan minim air. Faktanya terlihat pada area melati yang padat di sekitar tambak dan cenderung berdekatan dengan area pantai. Melati akrab dengan tekstur tanah berpasir dan poros air. Tanaman ini pun mudah diperbanyak tanpa harus mengeluarkan anggaran besar, yaitu dengan stek batang. Jelas sudah, melati menjadi sumber harapan bagi petani desa ini saat kemarau atau saat gagal hasil sawah.
"Menanam melati lebih baik daripada menanam ikan. Ikan bandeng harus menunggu 6 bulan untuk memanen dan itu tak bisa berkali-kali padahal melati dapat dipanen setiap hari saat mulai berusia 6-12 bulan," Pak Sholeh menyatakan alasannya menanam melati di lahan yang berukuran sama dengan tambak ikan bandeng.
aku suka banget wangi melati :)
BalasHapusjadi inget pas mau nikah beli melati trus disebar dikamar. wangiii ^_^
meronce melati ya mbak
BalasHapusWahh...kadang ga sampe sekilo ya sekali panen..
BalasHapusNyong merasa iba dengan harga jualnya. Padahal, tau sendiri kalau udah di dukun penganti mahalee poooll. :D
BalasHapusMelati, aku suka wanginya :)
BalasHapusApa khabar?
Melati kadang menimbulkan aroma mistis, ya? Hehe.. Tapi nasib petani kita memang seringkali dipaksa harus tunduk di bawah harga pengepul.
BalasHapusarome melati itu lembut banget ya, mbak
BalasHapus