Senin, 09 Maret 2015

Menabung Sampah Berbunga Surga II

“Dalam Al-Qur’an QS.30 (Ar-Rum):41 telah jelas dikatakan bahwa terjadinya kerusakan yang tampak di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia. Kerusakan yang akan manusia rasakan akan membawa manusia kembali ke jalan yang benar. Inilah yang membuatku resah. Lalu kapan benarnya, Mbak? Nunggu ada musibah? Nunggu cucuku lahir?” papar Bunda Toto dengan suara yang rendah.
“Coba deh panjenengan bayangkan, kalau saya kebanjiran karena sampah meluap bisa jadi saya ga kena. Tapi tetangga saya kerepotan, anak-anak saya dan lainnya kena penyakit dari sampah. Belum lagi banyak nyamuk dan ngga nyaman,” Bunda Toto menjelaskan fakta yang ada di lingkungannya dengan logat Jawa yang setengah-setengah.
Bunda Toto kadang berapi-api jika berbicara tentang bank sampah. Kegiatan sosial yang dirintisnya bersama ibu-ibu pengajian dua tahun lalu itu mulai diminati banyak warga. Pada awal berdiri, jumlah penyetornya hanya 25, sekarang bertambah 45 nasabah. Bahkan sampah dari satasiun Purwokerto juga dilimpahkan ke mereka. Sampah botol, gelas plastik, dus makanan, tertata rapi di pekarangan rumahnya.
Setiap hari Minggu, sejumlah pengurus bank sampah giat memilah sampah setoran nasabah. Mereka sadar, jika bukan mereka, tak ada yang melakukan pemilahan. Kegiatan sukarela ini membuat penulis tersentuh, betapa hebatnya iman mereka. Bayangkan deh, honor memilah sampah bukan puluhan atau ratusan ribu. Tapi ibu-ibu itu rela mengotori tangan dan bajunya tanpa jijik. Kresek dilipat, karton dirapikan, kertas, sedotan, pecahan kaca, sandal plastik, besi bekas dan banyak sampah lainnya, dipilah dengan telaten. Dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung lalu dijual di hari berikutnya dengan konsep kejujuran dan keterbukaan.
Tulisan ini juga dapat dibaca di ummi-online.

1 komentar:

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)