Saya bermukim di perkampungan yang cukup padat. Tanpa disadari, saya suka mengamati suatu hal, yaitu ini : setiap jumat ada ritual yang cukup menarik untuk saya simak, adanya rombongan lelaki dan perempuan bahkan anak-anak yang diturunkan dari sebuah truk di pukul 07.00 pagi. Peristiwa ini tidak saja berlangsung di kampung saya tetapi juga di tempat lain. Mereka adalah pengemis yang terkoordinasi. Bernaung pada seorang juragan pengemis di sebuah tempat yang tentunya jauh dari tempat saya. Pakaian kerja 'ini' selalu ajeg. Topi lusuh, kemeja sederhana dan celana panjang atau rok bermotif bunga yang pucat. Kadangkala sandal jepit dikenakan, adapula yang tidak.
Mereka bergerak menyebar sesuai dengan langganan. Langganan?? Iya, kalo ada satu rumah pernah bersedia membagikan rejekinya kepada mereka maka mereka akan kembali lagi ke tempat itu. Biasanya jam berkunjung pun ajeg. Uniknya satu dengan yang lain saling bertoleransi dan setia kawan. Mereka tidak akan merebut lahan pangan sang kawan. Jika sebuah rumah telah dikunjungi temannya, teman yang lain tidak akan ke tempat itu..(mungkin menghindari penolakan dari sang empunya rumah).
Gosipnya,..cara hidup seperti ini sanggup membuat hidup mereka mapan. Beberapa kesaksian mengatakan, rumah para pengemis itu lebih baik daripada yang didatangi. Tapi entahlah, bagaimana kebenarannya, saya sendiri belum pernah menyaksikan jadi tidak bisa mengamininya.
Hmmm,..kira-kira apa ya pekerjaan mereka selain hari jum'at yang selalu dianggap hari keberuntungan oleh mereka?? (koq saya selalu lupa menanyakannya ketika berjumpa dengan pengemis muda itu..)
itu bukan gosip, katanya sih emang dah jadi profesi lho.
BalasHapustidak perlu tahu dan tak usah untuk tahu kalaus aya bu...
BalasHapuskarena memberi itu adalah berikan dan lupakan...
memberi tak harus menyelidiki... ah.. itu hanya saya yang mudah lupa...
@ sang cerpenis : jadi gosip itu telah menjadi fakta ya??
BalasHapus@ mas ichang : hmm,..bener banget tuh, tapi saya suka ngobrol2 dengan karakter seperti mereka, hanya untuk referensi cerita koq :D
makasih ya dah mampir
pengemis sekarang keren2 mba...hehe..selain terorganisir, mereka memang bisa membangun rumah melebihi dari yg didatangi...meski aku blom pernah secara langsung melihatnya, tp dulu pernah diulas di salah satu stasion TV.. :)
BalasHapusMbak, bener kata Mbak Fanny, itu bukan gossip :(
BalasHapusHiks, penyakit yang meraja lela :(
sptnya bukan gosip lagi deh ... emang benaran tuh ... jujur aja kalo hari libur ( sabtu, minggu ) aku lebih sering mengunci pintu pagar agar tidak merasa bersalah menolaknya jika mereka mengetok pintu rumahku.
BalasHapusPerlu diusulkan ke petugas di kecamatan. Perlu dibuatkan tambahan list pekerjaan baru utk KTP: pengemis. :-D
BalasHapus*sigh*
BalasHapusternyata pengemis punya "kawasan"nya masing2 yah? kapan fenomena ini berakhir yah? apa mengemis udah jd profesi baru?
menyedihkan sekali yah... mereka ini.. sebenernya tanggungjawab siapa..?
ah aku kebanyakan nanya... hehee...
mudah2an Tuhan memberi jalan buat orang2 yg peduli hal ini, utk minimal mengurangi jumlah pengemis.. amin...
@ Lyliana Thia: yap, semoga Allah juga memberikan petunjuk kepada mereka yang peduli hal2 kecil..
BalasHapus@ Sabjan Badio: hm,,..besok aku usulkan deh mas hehehe
@Harianti Sukma: pilihan yang membingungkan ya mbak,..:)
@ anazkia: penyakit yang tak berkesudahan
@windflower: gitu ya?? (garuk2 kepala )
Bekerja mengemis seperti itu.... gak dibenarkan dalam islam, 'kan? :( :( Meminta-minta... :(
BalasHapus