Senin, 09 Maret 2015

Menabung Sampah Berbunga Surga I


Sungguh sebuah kebanggan ketika melihat jumlah muslim di Indonesia termasuk mayoritas di dunia. Bahkan pemakai hijabnya semakin banyak dari tahun ke tahun. Namun sebuah ironi tatkala kita mengetahui bahwa muslim yang sadar kebersihan hanyalah segelintir. Coba pembaca saksikan, sampah yang menumpuk di sungai semakin banyak. Padahal mereka membersihkan badan dan mencuci pakaian dengan air yang sama. Dimanakah letak kesadaran kita? Anehnya tak sedikit pengusaha muslim pengguna bahan plastik sebagai pembungkus makanan. Paham sendiri kan, plastik sangat susah diurai oleh tanah.
Berangkat dari kesadaran itu, seorang perempuan muda yang bermukim di pingir Kali Banjaran, Purwokerto, tergerak mengabdikan dirinya untuk mengajak ibu-ibu pengajian di dekat rumahnya sadar lingkungan. Tak mudah menjalaninya karena kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat, masih enggan untuk tidak membuang sampah di sungai. Namun ia gigih berusaha memperjuangkan kebersihan dan kelestarian lingkungan dari musholla.
Setiap pertemuan, Bunda Toto (sebutan warga), menyarankan pentingnya membuang sampah di tempatnya, bukan di kali!. Ia pun mengganggas pendirian bank sampah sebagai pesona agar warga tertarik berbuat kebaikan. Maka terbentuklah Bank Jali.
“Kata bank identik dengan uang. Warga mudah teriming-iming dengan uang. Namun sasaran utamanya adalah menumbuhkan kesadaran karena Allah semata,” kata Bunda Toto saat saya menemuinya di rumahnya, di Kober, yang asri dan sejuk.
Ibu empat anak ini berusaha menerapkan ilmu yang dimilikinya saat di bangku kuliah untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar rumahnya. Ia sadar, jika bukan dari diri sendiri, siapa lagi yang akan memulai. Apalagi ia mengetahui ilmu agama...
Tulisan ini juga dipublikasikan di ummi-online.


1 komentar:

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)