Jumat, 06 Maret 2015

Batu akik, Malapetaka atau Barokah?

Tren yang sedang berkembang belakangan hari membuat seantero nusantara sibuk mengasah batu andalannya. Seperti yang sedang terjadi malam ini. Pukul 21.30, tetangga dekat saya masih sibuk mengikir batu akiknya. Ia tidak sendiri. Ada beberapa orang yang ikut mengantri alat pengasah. Obrolan pun mengalir. Biasanya mulai dari asal usul, jenis, harga dan keunikan batu.


koleksi pribadi
Memang tak bisa dipungkiri, masyarakat di negara kita menyukai hal-hal yang menghebohkan. Jika tak mengikuti maka akan dianggap ketinggalan zaman. Namun benarkah demikian? Ingat lo, perkembangan batu akik tuh sudah dimulai sejak zaman dulu. Jadi gembar-gembor yang terjadi saat ini, hanyalah satu cara agar akik bisa bangkit kembali.

Pembaca boleh saja terbawa arus tapi harap diingat ya, ada beberapa hal yang sebaiknya kita waspadai dengan memiliki batu akik agar kita tetap mendapatkan barokah dalam kehidupan. 
1.      Lalai Segalanya.
Jangan terlalu sibuk mengurus dan mengelus-ngelus batu akik. Kegiatan ini bisa membuat kita lalai terhadap waktu. Lupa kerjaan, lupa pasangan, lupa anak, lupa kewajiban bahkan lupa shalat. Seperti yang telah Allah firmankan dalam surat Al-Ashr:2-3, bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
2.      Akikphobia
Saat trend gawai merebak, banyak orang yang terkena nomophobia, yaitu penyakit takut kehilangan ponsel. Nah, jangan sampai pembaca menjadi akikphobia, takut kehilangan akik. Sangat menyedihkan jika saat shalat, kita tidak konsentrasi. Pikiran terpecah hanya karena lupa meletakkan batu akik yang paling bagus yang dimiliki pembaca. Wah gawat nih! Bahkan untuk urusan lain, akik menjadi penyebab kacaunya semua kebiasaan hidup. Jangan sampai deh!
3.      Menciptakan Keangkuhan
Bagi mereka yang mengoleksi akik dengan nilai jutaan, sadarlah! Perhiasan ini tak akan dibawa mati lo.. Lebih baik mengoleksi amal untuk masa depan di hari akhir. Apalagi sampai dibuatkan cincin yang terbuat dari emas dan dipakai kaum pria. Paham sendiri kan, hukumnya? Akik yang bernilai tinggi biasanya mengundang rasa takabbur saat mengenakannya. Ada rasa bagaimana gitu.. Sama halnya seperti saat pembaca mengenakan pakaian yang glamour dalam sebuah acara.
4.      Merusak Lingkungan
Tingginya permintaan dan besarnya peluang penjualan batu akik mendorong masyarakat berburu dengan serius. Hati-hati ya, sebagian batu alam ini harus diperoleh dengan cara digali. Apa yang akan terjadi jika penggalian tak terkendali? Bagaimana nasib batu akik dari sungai jika pengeruknya mengambil tanpa melihat efek jangka panjang terhadap keseimbangan alam? Bencana akan menyapa kita, teman!

Yuk kita seimbangkan kehidupan dengan tidak terlalu mencintai dunia dan tetap mengingat Allah Yang Maha Melihat karena syetan tak pernah berhenti menggoda manusia. 
Tulisan ini juga dipublikasikan di Ummi Online edisi 6 Maret 2015

3 komentar:

  1. dimana2 memang sedang demam batu akik ya...

    BalasHapus
  2. Depan rumah saya juga punya alatnya, setiap hari berisik ngak ngek ngak ngek terus banyak orang yang datang. Dan bukan hanya bapak2, ibu2 juga dibikin ngiler karena modelnya dibikin lebih feminin. Saya termasuk korbannya :).

    Apa kabar mbak Ketty, sudah lama saya ndak kesini :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya,..makasih :)